I.
STASIUN
PENIMBANGAN - KLARIFIKASI
Kegiatan
karyawan dimulai pukul 07.00 yakni melakukan pembersihan lantai pabrik, tangga
pabrik, alat dan mesin pengolahan. Selain itu, dilakukan juga pengecekan dan
perawatan – perawatan pada alat dan mesin pengolahan oleh karyawan maintenance.
Proses aliran CPO di
pabrik dapat dlihat dari warna pipa yang terdapat dalam pabrik. Tabel 1 berikut
ini warna cat pipa beserta jenis aliran yang ada dalam pipa tersebut.
Tabel 1. Warna
Pipa terhadap Fungsi Aliran
No
|
Warna Cat
|
Aliran
|
1
|
Biru
|
Air
panas
|
2
|
Merah
|
Solar
|
3
|
Kuning
|
Minyak
Bersih
|
4
|
Coklat
|
Sludge
|
5
|
Hijau
|
Air
dingin
|
6
|
Perak
|
Steam
|
Karyawan dibagi ke dalam 2 shift yakni shift I
(07.00 – 14.00) dan shift II (16.00 – 23.00). Shift I sudah pasti mendapatkan
lembur 2 jam sedangkan shift 2 bisa mendapatkan lembur lebih dari 2 jam atau
bahkan tidak mendapatkan lembur. Setiap 1 minggu sekali terjadi pergantian
shift sehingga terjadi keseimbangan tugas karyawan dan tidak terjadi
kesenjangan sosial. Berbeda dengan sistem fitter shift di bagian workshop,
pergantian shift terjadi pada pukul 18.00 bukan pukul 16.00. Hal ini terjadi
karena pada pukul 12.00 – 14.00 karyawan fitter shift 1 melakukan istirahat
1.1 Stasiun Penimbangan dan Stasiun Despatch
Di
stasiun penimbangan ini tersedia 2 unit jembatan timbang (weight bridge). Timbangan sebelah kanan atau yang dekat dengan
ruang kerani timbang umumnya digunakan untuk penimbangan TBS. Sedangkan
timbangan sebelah kiri atau yang dekat dengan ruang keamanan umumnya digunakan
untuk bahan lain seperti CPO, kernel, JJK, dan lain – lain. Masing – masing
timbangan terdapat loadcell sebanyak
6 buah yang tersebar merata di setiap sisi timbangan. Timbangan tersebut
dilakukan kalibrasi setiap 1 tahun sekali.
Truk
yang masuk atau keluar dari pabrik harus melapor kepada bagian kemanan, agar
truk tersebut diperiksa terlebih dahulu. Prosedure pengangkutan CPO, Kernel dan
TBS sedikit ada perbedaan di dalam prosedure penimbangan.
1.1.1
Penimbangan CPO
Pengangkutan CPO ke Dumai Bulking Station (DBS)
bekerja sama dengan perusahaan angkutan (CSNJ) yang pemiliknya sama dengan
pemilik PKS. Berdasarkan hasil dari
pengolahan TBS pada hari sebelumnya, PKS KYF mengkoordinasikan jumlah unit truk
tanki yang dibutuhkan kepada CSNJ untuk mengangkut CPO pada hari esoknya. Pihak
keamanan sudah mengetahui jumlah unit truk pengangkut CPO pada hari tersebut (5
unit), sehingga pihak keamanan mengontrol untuk tidak memberikan ijin truk
tanki pengangkut CPO masuk setelah 5 unit tersebut.
Pengangkutan CPO dilakukan
setiap pagi hari, yakni dari pukul 08.15 – 10.00. Pada pukul 07.00, truk
tersebut sudah standby di depan pintu gerbang untuk dilakukan penimbangan.
Sebelum masuk ke lingkungan PKS, sopir menyerahkan surat ijin jalan, SIM dan
STNK kepada satpam kemudian satpam akan memberikan surat ijin masuk pabrik
kepada sopir tersebut. Setelah itu, sopir menyerahkan surat ijin masuk kepada
kerani timbang sedangkan satpam memeriksa truk agar terhindar dari hal – hal
yang merugikan perusahaan, seperti :
a. Memeriksa
kabin truk à tidak ada orang
yang berdiam di dalam truk
b. Memeriksa
kabin, jika ada derigen berisi air atau minyak atau bahan cair lainnya
c. Memeriksa
keberadaan timah yang tidak diperlukan
d. Menurunkan
dongkrak
e. Menurunkan
barang – barang lain yang dapat memberatkan berat tara truk.
Truk yang sudah terbiasa mengangkut TBS, sudah
terdapat historis berat tara dari truk tersebut. Sehingga, jika historis
standar tara truk dalah 12 ton dan suatu saat penimbangan tara truk tersebut
menjadi 12,5 ton, maka surat ijin angkut CPO dari kerani belum bisa diserahkan
kepada sopir melainkan harus dilakukan pemeriksaan ulang dengan menurunkan
apapun yang menjadi pemberat truk tersebut. Kecuali, jika truk tersebut
menyerahkan riwayat perbaikan yang menunjukkan adanya penambahan berat tara
truk.
Truk yang sudah
ditimbang tara langsung ke stasiun despatch untuk melakukan pengisian CPO. Di
stasiun CPO terdapat 1 orang keamanan untuk memonitoring pengisian dan 1 orang
operator despatch. Terdapat 2 katup keluaran CPO dalam 1 stasiun tersebut.
Masing – masing katup kecepatan keluarannya 60 ton/jam. Sehingga untuk mengisi
penuh 1 truk dibutuhkan sekitar 30 menit. Untuk meratakan CPO di dalam truk,
maka truk memaju mundurkan truk tersebut. Setiap kali pengisian, operator
mencatat waktu pengisian CPO dan mengambil sampel dari katup keluaran CPO untuk
diuji kadar air, FFA dan kadar kotorannya. Sampel tersebut kemudian diserahkan
ke laboratorium dan akan keluar hasil pengujiannya setelah sekitar 30 menit
kemudian. Kadar air dan kotoran hanya dilakukan 1 kali sehingga setiap unit
memiliki kadar FFA dan kotoran yang sama, yang berbeda hanyalah kadar air.
Setelah mendapatkan
hasil analisis FFA, sopir menyerahkannya kepada kerani timbang dan truk
ditimbang berat brutonya. Tugas kerani timbang adalah menginput ke SAP mengenai
data kendaraan yang keluar dan masuk pabrik, membuat karcis timbang. Karcis
timbang ini berisi kadar air, kotoran, dan FFA dari CPO, berat tara, bruto dan
berat netto. Karcis timbang ditandatangi oleh manager, KTU/Kasie, kerani timbang
dan sopir. Karena manager sedang cuti maka tandatangan manager ditandatangani
oleh kerani produksi.
Jika karcis timbang
sudah selesai, kerani timbang segera mencatat nomor registrasi segel yang akan
digunakan untuk menyegel truk tersebut. Nomor registrasi segel untuk 1 truk
umumnya berurutan (Gambar 1). Jumlah segel untuk pengangkutan CPO ada 4 buah.
1-2 buah segel diatas truk dan 2-3 segel di tempat lainnya.
Penyegelan dilakukan
oleh satpam dengan mencantumkan terlebih dahulu nomor registrasi segel ke dalam
buku segel dan jika segel rusak harus segera melapor dan meminta kembali kepada
kerani timbang untuk diganti. Sopir keluar dari pabrik harus melapor kepada
satpam karena delivery notes (sudah
ditandatangani kerani produksi) yang dibawa olehnya harus ada tandatangan
satpam dan juga satpam harus memasukkan hasil penimbangan yang tercantum di
karcis timbang (sudah ditandatangani kerani timbang) ke dalam buku registrasi
CPO. Truk CPO yang keluar dari pabrik tidak dilakukan pemeriksaan kembali.
1.1.2
Penimbangan Kernel
Pengangkutan kernel
sedikit berbeda dengan pengangkutan CPO. Truk datang bukan atas permintaan
perusahaan tetapi ada dari pihak lain yang akan membelinya, seperti : SJ, MJT,
MNI dan lain – lain. Datangnya truk harus lapor terlebih dahulu kepada satpam
dengan membawa STNK, SIM dan surat perintah jalan untuk mengangkut kernel
dengan jumlah yang sudah ditentukan. Sopir melapor belum tentu bisa langsung
masuk karena menunggu truk yang lebih dulu masuk untuk mengangkut kernel. Hal
ini dilakukan karena stock kernel yang terbatas sehingga pengangkutan kernel
harus satu truk terlebih dahulu dan jika stock kernel habis maka truk yang baru
datang untuk mengangkut kernel harus ditolak masuk pabrik.
Secara umum prosedur
administrasi sama dengan prosedure pengangkutan CPO. Hanya saja karena
pengangkutan kernel sudah dibayar dimuka maka timbangan kernel harus sesuai
dengan jumlah tonase yang diminta oleh supplier. Tidak boleh kurang dari yang
diminta dan jika berlebih harus dikembalikan kembali ke stasiun despatch
kemudian ditumpahkan kembali ke stasiun kernel. Hal ini seperti yang terjadi
pada hari sabtu, 22 Maret 2013, sopir
harus pulang pergi ke stasiun despatch kernel untuk menurunkan kernel berlebih
atau menambahkan kernel jika kurang dari tonase yang diminta. Perbedaan lainnya
adalah terlihat pada penutup kernel yang terbuat dari terpal dan diikat dengan
tali tambang sehingga saat penyegelan diletakkan pada tambang – tambang
tersebut yang jumlahnya mencapai 12 buah.
1.1.3
Penimbangan Tandan Buah Segar (TBS)
Truk pengangkut TBS
mulai tiba di pabrik PKS pada pukul 11.00. Penimbangannya dimulai dari berat
bruto kemudian saat akan ditimbang, diperiksa oleh satpam terlebih dahulu,
setelah itu truk menuju loading ramp untuk menumpahkan TBS. Truk akan segera
kembali ke stasiun timbangan untuk penimbangan tara. Perbedaan penimbangan TBS
dengan CPO dan kernel adalah tidak adanya pengujian sampel di laboratorium dan
pencatatan TBS masuk di buku register satpam.
1.1.4
Penimbangan Lain – lain
Penimbangan pupuk,
sirtu, solar dan lainnya dilakukan di stasiun penimbangan PKS. Sopir pengangkut
bahan tersebut hanya ijin saja kepada satpam kemudian dilakukan pemeriksaan
olehnya. Kerani timbang hanya bertugas mencetak karcis timbang tanpa memasukkannya
kedalam buku register dan SAP.
1.2
Stasiun
Penerimaan Buah
Tandan
buah segar (TBS) yang diangkut truk ke PKS akan diletakkan di loading ramp
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam lori rebusan. Loading ramp ini
berfungsi untuk tempat penampungan sementara dan sebagai tempat pemisah antara
sampah (pasir, kerikil, dan lain – lain) dengan TBS. Loading ramp di PKS ada 2
line, yakni line A dan line B. Line B digunakan jika sedang banjir buah saja.
Masing – masing line dari loading ramp memiliki kisi – kisi (untuk memisahkan
antara TBS dengan sampah) dan terdiri dari 20 pintu masuk TBS. Masing - masing
pintu memiliki kapasitas sebesar 15 ton/pintu. Sampah – sampah tersebut akan
tertampung dan menumpuk dibawah loading ramp kemudian akan dibersihkan dengan
traktor kecil bobcat setiap 1 minggu sekali.
Penampungan
TBS di lantai harus dihindari kecuali saat grading karena dapat menyebabkan
luka pada buah sehingga terjadi losses saat perebusan nanti, kecuali jika TBS
akan digrading maka TBS jangan langsung ditumpahkan langsung ke loading ramp
tetapi ditumpahkan dulu di lantai. Proses grading dilakukan oleh pihak riset
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang. Proses grading dilakukan setiap 5%
dari total TBS yang akan diolah. Grading dilakukan 1 truk/divisi dan minimal
ada 11 divisi atau 11 truk yang akan di grading dimana waktu grading ditentukan
acak oleh tim grading.
TBS
yang akan digrading harus disusun terlebih dahulu sebanyak 5 baris ke belakang.
Tim grading harus mengenal dengan baik dari ciri-ciri buah mentah, underripe,
busuk, abnormal, dan lain – lain. TBS yang diluar standar akan dipisahkan dan
dicatat untuk kemudian dilaporkan kepada manager. Masing – masing divisi boleh
mengajukan komplain jika pihak riset menyatakan bahwa divisi tersebut terdapat
buah mentah atau diluar standar. Oleh karena itu, TBS yang tidak sesuai dengan
standar disimpan terpisah sampai dengan besok pagi. Jika sampai dengan keesokan
hari tidak ada komplain dari divisi maka hasil riset dianggap sudah benar dalam
menggrading. Dalam 1 bulan, divisi tidak boleh ada satu pun buah mentah karena
jika hal itu terjadi maka nilai asisten tersebut menjadi E. Selain TBS, hal
lain yang dilakukan saat grading adalah mengkalibrasi jumlah brondolan yang
diangkut dalam 1 truk. Caranya yaitu dengan memasukkan brondolan ke dalam kotak
kalibrasi (ton/kotak) kemudian mengkalikannya dengan standar tonase 1 kotak
tersebut dan bandingkan dengan standar. Jika jumlah ton brondolan kurang dari
8% maka kemungkinan TBS yang dipanen banyak yang mentah. Jika kalibrasi
brondolan dan grading TBS sudah dilakukan, maka TBS dan brondolan segera
dimasukkan kembali ke dalam loading ramp dengan menggunakan bobcat.
Pada
tanggal 23 Maret 2013, truk pengangkut TBS sebagian besar menumpahkan TBS di
kompartemen 1 dan 2. Hal ini terjadi ternyata karena karyawan pembuka pintu
hidrolik banyak menggunakan pintu 1-3 untuk memasukkan TBS ke dalam lori.
Operator hidrolik hanya 1 orang sehingga tidak memungkinkan jika 20 pintu
dibuka secara bersamaan, mengingat tiang pedal pintu hidrolik terdiri dari 1
unit untuk 2 pintu. Pengisian lori dilakukan satu persatu sampai penuh terlebih
dahulu kemudian disambung lori selanjutnya. Jika 3 lori sudah terisi penuh maka
lori tersebut akan segera ditarik ke rel transfer (transfer carriage) dan dipindahkan lori tersebut ke jalur rel yang
lain. Dalam stasiun penerimaan KYF terdapat 5 rel lori, dimana 1 rel digunakan
untuk menerima TBS dari loading ramp dan 4 rel lainnya digunakan untuk jalur
rel yang standby menuju stasiun perebusan. Dilihat secara singkat cara
penuangan TBS ke lori selalu melebihi kapasitas lori (2,5 ton) sehingga buah
berjatuhan.
1.3
Stasiun
Perebusan (Sterilizer).
Sterillizer adalah bejana tekan
yang menggunakan uap air
dengan tekanan kerja sekitar 2.8 kg/cm², alat ini di lengkapi dengan pintu (depan,
belakang), valve-valve (Inlet, Outlet dan safety
valve) pressure gauge,
serta sistem otomatisasi dengan program kontrol. Bejana perebusan yang ada di
KYE terdapat 4 unit dimana seluruh unit dioperasikan setiap hari dengan kapasitas
10 lori/bejana. Perebusan buah restan dimulai serentak seluruh unit pada pukul
08.00. stasiun perebusan ini dibantu oleh operator untuk menaikan dan
menurunkan tekanan juga untuk memonitoring waktu perebusan yang mencapai 75-80
menit. Waktu perebusan tidak tertentu, tergantung pelaporan dari operator threser terkait efisiensi pelepasan
brondolan dari janjangan. Jika terdapat banyak brondolan yang tidak lepas dari
janjangan maka proses perebusan kurang lama dan maksimal. Oleh karena itu,
disini fungsi dari operator perebusan yang dapat mengatur lama waktu perebusan
efektif. Jika buah tersebut mentah maka lama waktu perebusan mencapai 90-100
menit. Sehingga dalam 1 siklus perebusan bisa mencapai 110 menit.
Pada tanggal 23 Maret 2013, terjadi kerusakan
pada bejana yakni bagian karet pecah (paching).
Jika 1 bejana mengalami kerusakan maka harus segera diperbaiki. Hal ini berarti
bahwa pengaturan kontrol harus diubah ke dalam pengaturan manual agar proses
perebusan pada bejana 2, 3 dan 4 masih tetap berlanjut. Jika bejana sudah
selesai diperbaiki maka pengaturan kontrol automatic kembali dioperasikan.
Saat
proses perebusan selesai, operator harus menurunkan tekanan terlebih dahulu
sebelum dibuka. Setelah itu, pintu belakang bejana dibuka sebagai tempat keluarnya
lori dari rebusan dan pintu depan bejana dibuka sebagai tempat untuk memasukkan
lori baru ke dalam rebusan. Sebelum lori – lori dimasukkan ke dalam bejana,
operator harus merapihkan terlebih dahulu TBS dalam lori agar bisa masuk ke
dalam bejana dan tidak merusak bejana. Terlihat bahwa asap yang keluar dari
kondensat akan lebih banyak saat tekanan bejana sedang diturunkan.
Setiap
stasiun memiliki logsheet untuk memonitoring proses setiap waktu. Log sheet di
stasiun perebusan tidak diisi oleh operator tetapi sebagai pengganti terdapat
buku untuk memonitoring waktu perebusan. Adapun bentuk penulisan buku
monitoring bejana seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Bentuk Buku Monitoring Bejana Perebusan
Bejana
|
Waktu
|
Jumlah Lori
|
Masuk Rebusan
|
Selesai Perebusan
|
Lori Keluar
dari Perebusan
|
I
|
|
08.00
|
|
10
|
II
|
|
08.00
|
|
10
|
III
|
|
08.00
|
|
10
|
IV
|
|
08.00
|
|
10
|
I
|
11.15
|
12.40
|
18.45
|
10
|
IV
|
11.35
|
13.00
|
13.45
|
10
|
II
|
11.55
|
13.20
|
13.30
|
10
|
III
|
12.35
|
14.00
|
14.05
|
10
|
IV
|
13.15
|
14.20
|
14.45
|
10
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
siklus perebusan pada bejana 4 mencapai 115 menit, lama perebusan 85 menit dan
proses buka tutup pintu rebusan adalah 15 menit. Dalam log sheet seharusnya ada
pencatatan pressure meter dan temperature meter. Hanya saja karena operator
sudah ahli dan mengathui standar dari tekanan dan suhu rebusan maka, operator
tidak perlu mencatat, cukup dijaga saja agar tetap sesuai dengan standar.
1.4
Hoisting Crane
Hoisting crane merupakan proses
menumpahkan TBS hasil rebusan yang di lori ke dalam hopper thresher. Hoisting crane ini terdapat 3 unit dimana 2 unit
untuk menumpahkan ke thresher dan 1
unit untuk mengangkat lori yang sudah diperbaiki dari rel 5 ke rel 1. Petugas
operator ada 2 orang dan 1 orang pembantu di bagian rel yang bertugas
mengaitkan rantai hoisting crane ke
lori.
Mekanisme hoisting crane yakni pembantu mengaitkan
rantai ke lori kemudian operator yang berada diatas mengangkat dan menggeser
lori menuju thresher dengan
menggunakan sistem hidrolik kemudian saat di atas hopper thresser, operator
memutarkan lori agar TBS hasil rebusan jatuh ke dalam hopper tersebut. Jika TBS
hasil rebusan sudah dijatuhkan seluruhnya maka lori akan diputar kembali lalu
diturunkan dan di bariskan ke rel satu kemudian rantai dilepaskan kembali oleh
pembantu misting crane. Operator akan mengarahkan dan menurunkan lori di rel 5
dengan kondisi lori terbalik jika terdapat instruksi perbaikan lori dari bagian
maintenance.
Administrasi
log sheet di hoisting crane adalah
pencatatan sumber bejana perebusan, jam pengangkutan tiap lori ke hopper
thresher dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan 10 lori (Tabel 3).
Tabel
3. Contoh Penulisan Log Sheet Hoisting
Crane
Bejana
|
Waktu
|
Total (menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
I
|
11.00
|
11.02
|
11.04
|
11.06
|
11.08
|
11.10
|
11.12
|
11.15
|
11.18
|
11.20
|
20
|
IV
|
11.20
|
11.23
|
11.26
|
11.29
|
11.31
|
11.34
|
11.37
|
11.39
|
11.42
|
11.45
|
25
|
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
bahwa setiap lori dibutuhkan waktu sekitar 2-3 menit. Terlihat juga saat
dilapangan, operator tidak mengisi log sheet tersebut setelah mengangkat lori
dari bejana I, II dan III. Hal ini dilakukan karena operator merasa kesulitan
jika harus mencatat tiap lori dan akan membutuhkan waktu lebih banyak lagi
sedangkan pekerjaan dituntut untuk cepat sehingga pencatatan waktu di logsheet
dilakukan saat istirahat saja.
1.5
Thresher
Sebelum
dilakukan bantingan di dalam thresher,
hasil rebusan TBS di tampung terlebih dahulu di hopper thresher, kemudian operator akan mengatur pemasukan TBS
dengan mengatur auto feeder nya. Jika
elevator pengangkut brondolan menuju presser penuh maka operator akan mematikan
putaran auto feedernya. Hopper thresher yang ada di PKS KYE ada
3 unit, namun yang digunakan hanya 2 unit saja dimana 1 unit dijadikan untuk
standby. Keadaan hopper thresher yang
standby ternyata kotor dan TBS hasil rebusan berjamur namun hanya dibersihkan 1
minggu sekali atau terkadang hanya dibersihkan jika akan digunakan saja.
Dalam thresher terjadi gerakan memutar
sehingga TBS yang keluar dari auto feeder
akan berputar dan terbanting. Gerakan tersebut akan menyebabkan brondolan yang
ada pada janjangan terlepas dan masuk ke dalam conveyor screw menuju elevator vertikal. Sedangkan janjangan kosong
akan masuk ke elevator untuk kemudian dilakukan ulang pelepasan brondolan dari
janjangan dengan menggunakan 1 unit crusher. Jumlah elevator yang tersedia ada
4 unit tetapi hanya 2 unit yang digunakan dan 2 unit lainnya dijadikan sebagai
spare/standby. Mekanisme kerja mesin thresher
dan crusher berbeda walaupun memiliki
fungsi yang sama. Mekanisme kerja mesin thresher
dengan cara dibanting tetapi mesin crusher
dengan cara memasukkan janjangan kosong diantara 2 screw yang berputar.
1.6
Digesting
Digesting merupakan proses pengadukan
brondolan ditambah dengan air dengan. suhu digesternya adalah 90-950C.
Jumlah digester yang tersedia ada 6 unit tetapi yang digunakan hanya 4 unit
sedangkan 2 unit lainnya dijadikan sebagai spare dengan kapasitas masing –
masing adalah 15 ton/jam. Adanya pemanasan, pengadukan dan penghancuran
brondolan dengan pisau yang berputar akan menghasilkan bubur brondolan dan akan
keluar melalui drain. Adapun fungsi dari
digester adalah sebagai berikut :
- Melumatkan daging buah agar pada saat pengepresan
minyak mudah untuk dipisahkan dari serabut dan biji.
- Melepas atau memecah sel-sel minyak dari daging buah.
- Menghasilkan ekstraksi minyak yang optimum pada
saat pressing.
- Memisahkan daging dan biji.
- Mempermudah proses di stasiun kernel.
Keluaran dari digester
melalui drainase akan menghasilkan minyak dan cake. Cake ini terdiri dari
fiber, nut dan kotoran lain yang ikut terolah. Fungsi operator disini adalah
jika suhu digester melebihi batas maka uap atau tekanan yang ada di dalam
digester harus dibuang atau diturunkan. Oleh karena itu, setiap jam operator
memonitoring suhu tersebut dengan cara mencatat suhu dan ampere digester pada
logsheet.
1.7
Pressing
Cake yang keluar
dari digester akan masuk ke dalam mesin pressing.
Mekanisme kerja mesin pressing adalah
dengan memberikan tekanan dan gesekan pada 2 buah screw yang berputar
berlawanan arah. Hasil dari pressing
adalah minyak dan nut. Minyak akan dipompa ke vibrating screen sedangkan nut akan di transfer menuju airlock fan dengan menggunakan cake break conveyor (CBC). Jumlah
pressing yang tersedia sama dengan jumlah digester yakni 6 unit tetapi yang
digunakan hanya 4 unit sesuai dengan kapasitas dari 2 buah thresher sebesar 60
ton/jam. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam proses press adalah
- Tekanan press diatur sedemikian
rupa (± 70 s/d 100 bar) dengan Arus motor ideal ± 30 s/d 38 Ampere.
- Life time
screw press ± 500 jam, lakukan penggantian secara rutin sesuai interval
dengan screw yang baru atau screw hasil rekondisi pengelasan.
- Keausan
screw press dapat mengakibatkan tingginya persentase nut pecah (max : 10
%) dan bahkan kapasitas mesin
tidak tercapai.
Karyawan yang bekerja
di bagian pressing hanya 1 orang yang bertugas sebagai operator press dan
operator thresher. Operator tersebut
bertugas memonitoring keadaan mesin mulai dari hours meter, ampere meter,
tekanan hidrolik dan lain – lain agar mesin tetap beroperasi sesuai dengan
ketentuan. Oleh karena itu, setiap 1 jam sekali, operator akan mencatat kondisi
mesin tersebut ke dalam logsheet
1.8
Stasiun
Klarifikasi
1.8.1
Vibrating Screen
Vibrating screen berfungsi untuk memisahkan kotoran / sludge ukuran mesh 60 dan mesh 30 (2 screen) dengan cara membuat getaran pada permukaan wire mesh. Outlet
masing – masing screen ada 2 yakni untuk keluaran sludge dan untuk keluaran
minyak. PKS kayangan memiliki vibrating
screen 4 unit namun yang beroperasi hanya 3 unit sedangkan sisanya
dijadikan standby. Pengaturan kecepatan debit masukknya minyak dari pressing ke
vibrating screen dapat dikendalikan
oleh operator tergantung dari kondisi vibrating
screen. Jika vibrating screen
tersebut masih bagus dalam proses penyaringan maka debitnya diperbanyak begitu
juga dengan sebaliknya. Slude yang tersaring dengan vibrating screen akan masuk kembali ke dalam digester sedangkan
minyaknya akan masuk ke dalam crude oil
tank (COT).
Operator vibrating
screen merupakan operator pressing juga dimana tugasnya memeriksa kondisi mesh
screen dalam kondisi baik (tidak koyak) dan bersih dari sampah serta
kotoran, memeriksa suara dan getaran yang tidak normal pada
saat beroperasi, membersihkan daerah sekitar oil
vibrating screen dari tumpahan minyak, memonitor campuran (delution) minyak mentah yang masuk ke oil
vibrating ketika sedang beroperasi dan semua sisa minyak yang terdapat di mesh screen harus dibersihkan
pada akhir pengoperasian.
1.8.2
Crude
Oil Tank (COT)
Crude oil tank berfungsi
untuk memisahkan minyak dengan pasir. Pasir terpisah akibat dari adanya proses
pengendapan dan minyak yang ada dalam COT tersebut akan dipompakan ke Continous Settling Tank (CST). Selama
proses pengendapan, COT harus dijaga suhunya sekitar 90-1000C.
Walaupun COT hanya ada 1 unit, operator juga bertanggung jawab selama crude oil
beroperasi, yakni dengan memonitor kinerja float switch tetap berfungsi
normal dan menjaga volume Crude Oil Tank (COT) antara ½
sampai ¾ penuh.
1.8.3
Continous
Settling Tank (CST)
Continous settling tank (CST) berfungsi untuk memisahkan minyak dengan sludge dengan cara
pengendapan dan pemanasan. Mekanisme
pemisahan tersebut di dalam tanki adalah ketika massa jenis sludge lebih besar
dibandingkan massa jenis minyak maka sludge akan mengendap di bawah tanki sedangkan
minyak akan tumpah keluar menuju oil tank. Sludge tersebut akan keluar dari
pipa bawah ke atas menuju sludge tank akibat adanya tekanan dari bagian atas
CST (minyak). Operator CST harus sering memonitoring tinggi minyak dan tinggi
sludge yang terendapkan. Jika tinggi minyak di dalam tanki CST rendah maka pipa
keluaran sludge harus dinaikkan (prinsip bejana berhubungan).
1.8.4
Oil
Tank dan Purifier
Oil tank berfungsi untuk mengurangi kotoran (pasir – sludge) dengan cara
pengendapan dan menjaga umpan menuju
purifier sedangkan oil purifier
berfungsi mengurangi kadar air dalam CPO dan mengurangi sisa – sisa pasir
dan kotoran halus lainnya. Suhu oil
tank harus dijaga sekitar 90-1000C. Sedangkan oil purifier berguna untuk memisahkan pasir/kotoran dengan sistem sentrifugasi.
1.8.5
Sand
Cyclon, Buffer Tank dan Decunter Sludge
Sand cyclon berfungsi untuk membersihkan sludge dari pasir yang kemudian ditransfer
menuju buffer tank untuk dijadikan
umpan menuju decunter sludge. Decunter slude berfungsi untuk
memisahkan solid, fase berat, dan fase ringan. Sistem pemisahan fase tersebut
dengan sentrifugasi vertikal (6000 rpm). Fase solid akan keluar menuju screw conveyor solid, fase berat menuju
compound dan fas ringan menuju COT untuk kemudian diolah kembali. Setiap pukul
07.30, operator membersihkan sekitar mesin decunter sludge dan karyawan bengkel
melakukan perawatan berupa greasing.
Jumlah sand cyclon ada 2 unit
(semuanya beroperasi), buffer tank 1
unit dan decunter sludge 3 unit
(untuk spare 1 unit). Adapun tanda – tanda dari decunter yang rusak adalah
suaranya bising dan getaran tinggi.
1.9
Vacuum
Drying dan Storage Tank
Vacuum drying berfungsi
untuk mengurangi kadar air setelah kotorannya dikurangi oleh oil purifier. Vacuum drying di PKS khayangan terdapat 2 unit yang dioperasikan
dan minyak yang keluar dari vacuum ini akan dialirkan menuju storage tank. Kadar air CPO yang menuju storage tank standar maksimalnya adalah
0,15%. Jumlah storage tank di PKS kayangan ada 3 unit namun yang terisi hanya 1
unit dan tidak pernah penuh
II.
STASIUN KERNEL DAN PEMBANTU
2.1
CBC, Coloum Depericarper, dan Polishing
Drum,
Output pressing adalah cake dan minyak kotor. Cake
akan di transferkan menggunakan cake
breaker conveyor (CBC). Tujuannya untuk memudahkan pemisahan fibre dan nut
serta pecahan nut dengan cara mencacah/merajang cake. Saat melewati coloum
depericarper, fiber cyclon akan
menghisap fiber yang sudah terlepas dari nut. Fiber tersebut akan ditransfer
menuju boiler conveyor untuk
dijadikan bahan bakar boiler. Fiber dan nut yang tidak terhisap akan jatuh ke polishing drum dimana mekanisme kerjanya
adalah perputaran polishing drum akan menyaring dan mendorong nut menuju nut
silo dengan bantuan airlock fan
sedangkan kotoran dan fiber akan tersaring ke ujung polishing drum.
2.2
Nut Silo, Rippel Mill, CMC, dan Grading
Drum
Nut silo di PKS kayangan
terdapat 4 unit dimana semuanya digunakan untuk menampung sementara nut hasil
produksi. Selain itu, untuk memanaskan nut sampai kering sesuai standart
sehingga proses pemecahan pada ripple mill sangat efisien (95%). Jumlah nut
yang dihasilkan tidak mempu mengisi volume nut silo minimal ¾ dari volume
total. Sehingga pengeringan dengan suhu 60-700C selama 18 jam akan
kurang maksimal.
Nut silo yang sudah 18 jam akan dikeluarkan melalui airlock out menuju
rippel mill untuk dipecah menjadi cangkang dan kernel. Masukknya nut ke rippel
mill diatur dengan menggunakan auto feeder. Operator kernel mengatur jumlah
masukknya nut ke dalam rippel mill tersebut. Jumlah rippel mill di PKS kayangan
terdapat 4 unit namun hanya 2 unit yang dioperasikan dan 2 unit lainnya
dijadikan sebagai spare. Output dari rippel mill ini adalah pecahan nut yang
akan jatuh di cake mixture conveyor (CMC). Konveyor ini berguna untuk
mentransferkan pecahan nut menuju elevator. Fungsi dari elevator adalah untuk
mengangkat / mentransfer material hasil kerja unit mesin dengan cara mechanikal
ke proses selanjutnya. Pecahan nut yang keluar dari elevator akan dimasukkan ke
grading drum untuk disortasi kembali nut yang belum pecah dan kotoran yang
masing terikut pecahan nut.
2.3
LTDS I, LTDS II dan Claybath
Pecahan nut yang lolos dari grading drum akan dihisap dengan shell cyclon
menuju LTDS I (Light Tenera Dry Separator). Sistem kerja LTDS ini adalah
hisapan berdasarkan tingkatan beratnya. Pecahan nut yang ringan akan terhisap
oleh shell cyclon, pecahan nut yang berat (kernel) akan jatuh ke wet kernel
conveyor dan pecahan nut yang beratnya sedang akan jatuh ke LTDS II untuk
kemudian dihisap kembali pecahan nut yang ringan menuju shell cyclon. Sistem
kerja LTDS I dan II sama, hanya saja pecahan nut yang beratnya sedang akan
diteruskan ke claybath untuk kemudian disortasi dengan cara
memanfaatkan perbedaan berat jenis antara kernel (1,1), larutan CaCO3 (1,12)
dan cangkang (1,2).
Berat jenis yang paling
tinggi akan tenggelam dan akan mengalir ke vibrating cangkang claybath (sistem
bejana berhubungan) sedangkan berat jenis yang paling rendah akan mengapung dan
langsung mengalir ke vibrating kernel claybath untuk mengurangi kadar air nya.
Jumlah CaCO3 yang dibutuhkan adalah 400 kg yang kemudian akan dilarutkan dalam
air dan dapat digunakan pemakaian 2-3 hari.
2.4
Kernel Silo, Bulk Silo
Kernel yang sudah tersortasi dari LTDS I, LTDS II
dan Claybath akan dihisap ke kernel silo melalui hoppers kernel silo terlebih
dahulu agar jumlah kernel yang masuk ke kernel silo dapat diatur. Penyimpanan
kernel di dalam kernel silo tujuannya untuk memanaskan kembali kernel sampai
mencapai kadar air 7%. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar air tersebut
diperlukan waktu sekitar 4-6 jam pada suhu 60-700C. Untuk
memaksimalkan pengeringan seharusnya setiap kernel silo diisi minimal ¾ dari
volume total. Tetapi yang terjadi dilapangan adalah hanya ½ volume saja. Operator
kernel biasanya tidak melihat lama waktu penyimpanan kernel untuk mengetahui
pencapaian kadar air menjadi 7% tersebut tetapi dengan cara melihat ada atau
tidaknya minyak yang menetes pada outlet kernel. Jika sudah ada minyak yang
menetes berarti sudah siap untuk di transfer ke bulk silo. Sampai saat ini,
bulk silo yang digunakan hanya 1 unit saja walaupun yang tersedia ada 2 unit
ditambah dengan 2 unit beem. Tujuan penampungan kernel di bulk silo adalah
untuk menjaga suhu penyimpanan kernel agar tidak mudah menjamur. Selain itu,
untuk memudahkan pengiriman kernel melalui conveyor screw yang diarahakan
menuju truk pengiriman kernel. Sisa – sisa kernel pada konveyor setelah
pengiriman biasanya tidak diangkut lagi ke kernel silo tetapi dibiarkan saja
pada konveyornya.
2.5
Boiler
Suatu bejana / pesawat yang digunakan sebagai
tempat untuk memproduksi uap (steam) yang merupakan hasil dari pemanasan air pada temperatur
tertentu untuk kemudian dipergunakan di luar bejana/pesawat tersebut. Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, uap yang
dihasilkan akan dipergunakan untuk, antara lain :
- Penggerak utama (prime mover) turbine pembangkit tenaga listrik dengan tekanan kerja + 20
kg/cm2.
- Perebusan buah kelapa sawit dengan tekanan
kerja 2.5 kg/cm2 – 2.8 kg/cm2.
- Pemanasan COT, sludge, pengeringan biji dan kernel (inti sawit) dan lain-lain.
Jumlah Boiler yang ada di
PKS kayangan ada 3 unit dimana kapasitas masing-masingnya adalah 30 ton/jam
(standby), 35 ton/jam dan 40 ton/jam (sedang dikerjakan kontraktor). Ketiga
jenis boiler tersebut menggunakan ketel uap air dimana air mengalir di dalam
pipa sedangkan api atau gas panas mengalir di luar pipa.
Bahan bakar boiler adalah fiber dan cangkang
dimana perbandingannya adalah 40% fiber dan 15% cangkang. Perbandingan tersebut
harus diaplikasikan karena jika fiber terlalu banyak maka tenaga yang
dihasilkan oleh boiler akan kecil namun asapnya putih bersih. Berbanding
terbalik jika cangkang terlalu banyak maka tenaga yang dihasilkan boiler akan
lebih besar namun asap yang dihasilkan hitam pekat. Untuk menyalakan kinerja
boiler tidak bisa secara langsung dengan memasukan bahan bakar, tetapi harus
dengan bantuan diesel. Setelah diesel nyala maka boiler baru akan bekerja kemudian
secara perlahan turbin mulai bekerja. Setelah boiler dan turbin bekerja bersamaan
maka diesel secara perlahan akan mati.
Air yang akan digunakan untuk ketel uap
haruslah diproses terlebih dahulu melalui water treaatment guna mendapat syarat
kemurnian air ketel, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk ketel
uap tersebut.
2.6
Water
Treatment
Output proses water treatment akan digunakan untuk kebutuhan external dan
internal pabrik. Namun yang perlu diperhatikan bahwa air untuk boiler perlu
perlakuan khusus lagi setelah penampungan di tower tank. Air yang digunakan di
boiler merupakan air yang berasal dari waduk yang kemudian di transferkan ke
klarifier tank. Jarak 12 meter dari klarifier tank perlu diinjeksikan alum dan
soda ash dengan dosis seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsertasi Larutan Alum dan Soda Ash
V tanki (L)
|
Dosis Alum (kg)
|
Dosis Soda Ash (kg)
|
1000
|
30
|
45,0
|
900
|
27
|
40,5
|
800
|
24
|
36,0
|
700
|
21
|
31,5
|
600
|
18
|
27,0
|
500
|
15
|
22,5
|
400
|
12
|
18,0
|
300
|
9
|
13,5
|
200
|
6
|
9,0
|
100
|
3
|
4,5
|
Fungsi penambahan alum
adalah untuk mengendapkan kotoran atau mengurangi ion-kation yang dapat
menyebabkan karat pada pipa boiler dengan cara mengikatnya dengan logam alum.
Sedangkan fungsi soda ash digunakan untuk menetralkan PH. Terdapat 1 silinder di bagian tengah klarifier tank agar saat air masuk ke klarifier tank
melalui pipa dibagian bawah maka air akan mengalir keluar dari silinder tengah
tersebut untuk kemudian secara (water
over flow), air bagian atas akan mengalir ke water basin (bak sedimentasi).
Water
basin ini memiliki 3 bak sedimentasi dimana proses pencucian bak dilakukan
setiap 4 bulan sekali. Dengan menggunakan prinsip aliran permukaan, maka air
pada bagian atas akan mengalir dari bak 1 menuju bak ke-2 dan diteruskan hingga
bak ke-3. Sedangkan endapannya akan jatuh dan menumpuk di bawah bak tersebut. Dari
bak terakhir tersebut, air dipompakan menuju sand filter dimana tujuannya
adalah untuk menyaring pasir. Terdapat 4 unit sand filter namun yang digunakan
hanya 2 unit saja.
Output dari sand filter adalah air yang
bebas dari kotoran atau pasir dipompakan ke tower tank sehingga siap digunakan
secara langsung untuk keperluan domestik (External
water treatment), seperti membersihkan pabrik, laboratorium, MCK, dan lain
– lain. Dari tower tank ini selain dimanfaatkan untuk keperluan external water treatment juga digunakan
untuk keperluan internal water treatment seperti
kebutuhan air untuk boiler. Namun, sebelum digunakan untuk boiler, air dari
tower tank harus terhindar dari bahan hardness (K, Mg, Silika) agar pipa dibagian
luar tidak mengalami pengerakan yang dapat menyebabkan efisiensi kerja boiler
berkurang. Adapun cara menghindari bahan hardness yakni dengan menggunakan
resin (softener) yang dimasukkan ke fit
tank. Softener ini harus dicuci dengan menggunakan garam iodium 5% jika sudah
mencapai 2 ppm agar PH yang dihasilkan sesuai dengan standar air untuk input ke
boiler yaitu 11. Didalam fit tank dilakukan pemanasan pada suhu 750C.
Setelah dipanaskan di fit tank, air dimasukkan ke deaerator tank tujuannya
untuk menghilangkan oksigen yang terkandung dalam air.
Water treatment dimonitoring oleh 1 orang operator melalui logsheet yang
diisi setiap jam sekali. Adapun
pencatatan logsheet tersebut mencakup cek volume awal waduk, volume air yang
masuk ke klarifier tank, hour pompa, dosis bahan kimia. Adanya pencatatan hour
pompa tujuannya agar memudahkan dalam perawatan. Oleh karena itu, adanya 1 unit
pompa softener yang beroperasi dan 1 unit pompa softener yang standby bertujuan
agar saat ada perawatan pada pompa maka pompa lain menggantikan kinerjanya. Hal
yang perlu dilakukan adalah jika boiler mati maka pompa menuju softener harus
ditutup. Sedangkan jika water basin penuh maka pompa akan mati dengan
sendirinya.
III.
LABORATORIUM
Jumlah karyawan di laboratorium ada 8 orang dimana 6
orang merupakan sample boy dan 2 orang adalah analist. Untuk 1 shift (07.00 –
16.00) terdapat 3 orang sample boy (empty bunch, CPO, kernel) dan 1 orang
analist dimana setiap 2 hari sekali terjadi pertukaran shift.
3.1 Sounding CPO dan Kernel
Sounding CPO di storage tank kapasitas 1800 ton
dilakukan setiap pagi hari pukul 06.00 oleh kerani produksi. Sounding CPO
bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi kemarin dan untuk menghitung jumlah
truk yang dibutuhkan untuk mengangkut CPO pada hari tersebut. Pengukuran
storage tank meliputi suhu CPO dan tinggi CPO (Gambar 4). Dari hasil sounding
di dapatkan tinggi minyak (d) adalah 966 mm dengan suhu 610C. Untuk
menghitung jumlah produksi kemarin tidak hanya dibutuhkan tinggi CPO di dalam
storage tank tetapi juga jumlah TBS restan di loading ramp, lori dan rebusan.
Gambar 4. Storage Tank yang Disounding. (a) Meteran, (b) Tali
Termometer, (c) Meja Ukur
Berdasarkan
hasil penaksiran bahwa jumlah TBS restan di loading ramp terdapat 5 lori,
standby di rel ada 49 lori dan di dalam rebusan ada 40 lori. Sehingga total TBS
restan (LR) terdapat 94 lori. Berikut ini cara perhitungan menentukan produksi
hari kemarin.
Stock CPO hari ini (CHI) = d + meja ukur
= 966
mm + 15 mm = 991 mm
(Tonase dikalibrasi di tabel)
o 99 = 230 172 liter
o 1 = 214 liter
o Volume total = 230 172 liter + 214 liter = 230 386
liter
o Suhu 610C (lihat tabel kalibrasi) =
= 203
406 kg
CPO dikirim
kemarin (CDK) = 138 590 kg
Stock
CPO kemarin (CK) = 215 562 kg
CPO = CHI + CDK – CK
=
203 406 kg + 138 590 kg – 215 562 kg
=
126 434 kg
TBS
restan kemarin (TRK) = 212 490 kg
TBS
masuk kemarin (TMK) = 568 340 kg
Total
TBS kemari (TK) = TRK + TMK
=
212 490 kg + 568 340 kg
=
810 830 kg
Log
sheet hoisting kemarin tercatat jumlah lori yang di angkat (LO) adalah 246
lori.
Jumlah
lori total (LT) = LR + LO
=
94 lori + 246 lori
=
340 lori
Rata –
rata TBS/lori (RL) = TK/LT
=
810 830 kg / 340 lori
=
2385 kg/lori
TBS
diolah kemarin (TOT) = LO x RL
=
246 lori x 2385 kg/lori
= 586
710 kg
Ekstraksi = (CPO / TOT)
x 100%
=
[(126 434 kg )/(568 710)] x 100%
=
21,55%
Jumlah
Truk dipesan = 126 434 kg/23
000 kg
=
5 unit truk CPO
Berdasarkan
perhitungan di atas dapat diketahui jumlah CPO yang diproduksi semalam,
ekstraksi CPO dan jumlah truk yang dipesan untuk mengangkut CPO. Proses
perhitungan tersebut harus berlangsung cepat yakni sebelum jam 8 oleh kerani
produksi.
Sounding kernel dilakukan di bulk
silo setelah sounding CPO dan perkiraan TBS yang restan selesai. Sebelum
sounding kernel dilakukan perlu ada nya pemerataan permukaan kernel di dalam
bulk silo pada pukul 05.30 oleh karyawan. Pemerataan permukaan kernel di bulk
silo tidak dilakukan setiap hari sebelum sounding tetapi dilakukan setiap hari
kamis saja. Selain hari kamis tidak dilakukan pemerataan tetapi berdasarkan
perkiraan. Teknik sounding kernel dan CPO berbeda. CPO di sounding tinggi
minyak dengan menggunakan meteran tetapi sounding kernel dilakukan dengan cara
menghitung jumlah plat kosong yang belum terisi kernel. 1 plat bulk silo
terdiri dari 16 lekukan dimana 1 lekukan tingginya adalah 67,7 mm dengan
kalibrasi beratnya adalah 61 500 kg/mm. Untuk perhitungan ekstraksi kernel
dapat dilakukan perhitungan sama dengan perhitungan ekstraksi CPO.
3.2 Analisis Kadar FFA
Sampel pengujian kadar FFA di ambil dari stasiun
despatch bersamaan dengan sampel untuk menghitung kadar air dan kadar kotoran.
Jumlah sampel untuk pengujian kadar FFA adalah sekitar 5 gram. Sampel tersebut
ditambah dengan 50 ml IPA (Iso Propil Alkohol) kemudian dititrasi menggunakan
NaOH konsentrasi sekitar 0,1 N sampai warna sampel berubah menjadi merah muda. Adapun
contoh perhitungan kadar FFA adalah sebagai berikut.
Massa sampel (m) = 5,1589 gram
Volume NaOH (V) = 3 ml
Normalitas NaOH (N) = 0,1237 N
Kadar FFA =
=
=
Berdasarkan standar yang
telah ditetapkan bahwa kadar FFA maksimal adalah 3% untuk PKS kayangan
sedangkan untuk kebun lain adalah 3,5%. Pengujian Kadar FFA ini hanya 1 kali
untuk setiap kali produksi tetapi untuk pengujian kadar air dan kotoran
dilakukan tergantung dari jumlah truk yang akan mengangkut CPO (1 sample/truk).
Limbah uji kadar FFA akan didestilasi kembali sehingga minghasilkan minyak dan
alkohol. Alkohol tersebut akan digunakan kembali sebagai IPA. Kebutuhan NaOh
dalam 1 bulan sekitar 1 liter sedangkan kebutuhan IPA sekitar 10 liter/bulan
3.3 Analisis Kadar Air
Analisis kadar air yang
terkandung dalam CPO perlu dilakukan karena jika kadar air di dalam storage
tank lebih dari 2% maka CPO tidak dikirim terlebih dahulu tetapi harus
dilakukan recycle. Setelah kadar air kurang dari 2% maka CPO di dalam storage
tank siap diangkut ke truk CPO. Sampel CPO untuk menghitung kadar air sekitar
20 gram kemudian dilakukan pemanasan pada suhu 4500C menggunakan hot plat stirer. Pemanasan ini dilakukan
untuk menguapkan air secara cepat sekitar 3 menit. Terdapat beberapa prosedur
di laboratorium yang berbeda diantaranya : jika timbangan awal tidak berada di
0 gram tidak dilakukan tare, suhu hot
plat stirer tidak konsisten, terkadang 3500C. Setelah pemanasan
tidak disimpan di desikator tetapi dilakukan pengipasan. Setelah di dapatkan
perbedaan massa sample sebelum dan sesudah dipanaskan maka persentasi kadar air
adalah sebegai berikut :
Kadar air (%) =
Pengukuran
kadar air CPO diambil sampel dari setiap truk yang akan mengangkut CPO. Waktu
yang dibutuhkan dari penyerahan sampel hingga keluar hasilnya sekitar 30 menit.
Tabel 4. Waktu Pemanasan Oven
No
|
Sampel
|
Waktu
|
1
|
Minyak
|
6
|
2
|
Solid
|
14
|
3
|
Effluent
|
16
|
4
|
Heavy phase
|
16
|
5
|
Fibre
|
12
|
6
|
Nut
|
12
|
Untuk
menghitung kadar air pada sampel lain dapat dilakukan dengan cara menghitung
perubahan masa sampel setelah dilakukan pengovenan dalam kurun waktu tertentu
(Tabel 4). Pengukuran kandungan kadar air dalam CPO tidak dilakukan menggunakan
oven karena waktu yang dibutuhkan cukup lama.
3.4 Sortasi dan Grading Kernel
Sortasi dan grading tujuannya untuk mengetahui
kapasitas dan efisiensi dari masing masing mesin seperti pressing, rippel mill
dan claybath. Batas toleransi efisiensi mesin rippel mill adalah 95% dimana
jika kurang dari 95% maka mesin sudah tidak efisien dalam memecahkan nut dan
harus segera diperbaiki. Efisiensi mesin rippel mill yang kurang akan
menyebabkan banyak nut yang tidak terpecah dan masuk ke kernel silo sehingga
persentase kotoran akan banyak/tidak sesuai dengan standar maksimal (15%). Tabel
5 berikut ini yang menunjukkan output dari mesin yang harus disortasi.
Tabel 5. Hasil Sortasi
No
|
Sample
|
Hasil Sortasi
|
Baik
|
Buruk
|
1
|
Output rippel mill
|
Nut pecah
|
Nut tidak pecah
|
2
|
Output pressing
|
Nut utuh
|
Nut tidak utuh
|
3
|
Output claybath
|
Kernel
|
Cangkang, nut
|
Perhitungan
efisiensi pada mesin pressing juga diperlukan karena jika banyak nut yang terpecah
saat pressing maka kemungkinan besar ekstraksi kernel akan berkurang akibat
banyak pecahan kernel yang terhisap ke fibre cyclon. Begitu pula dengan
efisiensi claybath yang rendah menyebabkan banyak kotoran (cangkang) yang
terhisap ke kernel silo dan bulk silo.
3.5 Analisis Losses CPO
Analisis losses ini bertujuan untuk menghitung
jumlah CPO yang hilang akibat terbawa oleh limbah. Adapun standar losses CPO
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini
Tabel 6. Standar Losses CPO
Sumber Losses
|
Standar (%)
|
Empty Bunch
|
0,45
|
USB
|
0,01
|
Fruit Loss EB
|
0,01
|
Press Cake Fibre
|
0,52
|
Nuts
|
0,04
|
Solid Decanter
|
0,15
|
Heavy phase
|
0,25
|
Final Effluent
|
0,45
|
Cara mengukur
losses CPO pada sumber losses yaitu dengan mengeringkannya terlebih dahulu di
oven dalam waktu yang tertera pada Tabel 4. Setelah dikeringkan, bahan
dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan besi dan dimasukkan ke dalam
timbel kemudian ditutup dengan kapas. Untuk mengekstraksi minyak yang ada dalam
bahan dibutuhkan waktu sekitar 4 jam. Alat yang digunakan untuk ekstraksi
adalah soklet (Gambar 5) yang merupakan intergrasi antara kondensor dan
ekstraktor. Sebelum timbel dimasukkan ke soklet (ekstraktor) perlu dimasukkan
terlebih dahulu heksana sebagai pelarut sebanyak 120 ml ke dalam plat bottom. Setelah
semuanya siap, baru dilakukan ekstaksi dengan suhu indikator 6-7.
Heksana yang
bersisa akan digunakan kembali sebagai pelarut ekstraksi untuk sample
berikutnya. Begitu pula dengan timbel bekas akan digunakan kembali sampai
bentuk timbel rusak.
IV.
WORKSHOP
4.1
Bengkel
Setiap pukul 06.30 mandor mulai menuliskan pembagian
tugas dari masing – masing karyawan bengkel kemudian mandor meminta persetujuan
(tanda tangan) kepada asisten bengkel umum. Pukul 06.55 mandor mulai membagian
tugas kepada setiap karyawan melalui 1 lembar kertas. Kertas tersebut akan
dikembalikan kembali ke ruangan asisten sebagai monitoring atas pekerjaan
karyawan yang sudah dilaksanakan. Karyawan mulai bekerja mulai pukul 07.05 dimana
1 stasiun terdiri dari 2 orang karyawan bengkel. Kecuali jika ada perbaikan
yang berat pada mesin, maka jumlah karyawan ditambah 1 orang. Di bagian bengkel
terdapat 2 karyawan fitter shift per shift, yakni karyawan yang bekerja dari
jam 07.00 – 12.00 kemudian istirahat selama 2 jam dan dilanjutkan lagi kerjanya
dari pukul 14.00 – 18.00. Asisten bengkel hanya bertanggung jawab sampai dengan
pukul 18.00 setelah itu adalah tanggung jawab asisten proses.
Kerusakan – kerusakan di pabrik yang
dapat mematikan proses produksi adalah boiler, in klinit conveyor, under
thresher conveyor dan lain – lain. Contoh kegiatan perbengkelan yang ada di
pabrik pada tanggal 27 Maret 2013 diantaranya : pembuatan packing pipa air,
greasing decunter, cek oli decunter, cek mesin CBC, fruit distance conveyor
line, dan lain – lain.
Administrasi
yang ada di bengkel diantaranya adalah buku laporan kerusakan mesin, buku
laporan selesai perbaikan, buku penggunaan alat, dan lain – lain. Namun sampai
saat ini, buku penggunaan alat jarang digunakan karena masing – masing karyawan
memegang alat masing – masing terutama karyawan yang bertanggungjawab di bagian
stasiun pressing terdapat kotak peralatan perbengkelan (belakang mesin press).
4.2 Listrik
Setiap pukul 06.30 mandor
mulai menuliskan pembagian tugas dari masing – masing karyawan bengkel di buku
tugas karyawan kemudian mandor meminta persetujuan (tanda tangan) kepada
asisten bengkel umum karena asisten listrik sedang cuti. Karyawan mulai bekerja mulai pukul 07.05
dimana pembagian tugas tidak berdasarkan keahliannya karena keahlian karyawan
listrik semuanya sama. Di bagian listrik terdapat 1 karyawan fitter shift per
shift, yakni karyawan yang bekerja dari jam 07.00 – 12.00 kemudian istirahat
selama 2 jam dan dilanjutkan lagi kerjanya dari pukul 14.00 – 18.00. Asisten listrik
hanya bertanggung jawab sampai dengan pukul 18.00 setelah itu adalah tanggung
jawab asisten proses.
Pekerjaan wajib karyawan listrik setiap pagi adalah
cek panel tiaap mesin, cek mur dan baud, cek gearbox, cek belting dan lain –
lain. Secara keseluruhan, tugas karyawan listrik diantaranya adalah terkait
dengan turbin, elektromotor, panel komprssor, fan blower, dan lain – lain.
V.
ADMINISTRASI
Pembuatan maintenance
order (MO) dilakukan oleh kerani workshop. MO ini tidak terpaku pada pembelian
spare part saja tetapi perawatan pun akan di MO akan karena akan dibiayakan.
Jika mesin pabrik ada kerusakan dan bagian bengkel meminta spare part ke gudang
maka prosesnya harus buat MO terlebih dahulu kemudian cek ketersediannya
setelah itu bisa diambil barangnya dari gudang central pabrik.
Di gudang central pabrik
terdapat barang stok dan non stok. Jika barang tersebut stok maka pengambilannya
harus melalui SAP sedangkan barang non stok hanya melalui BPB saja yang
disetujui oleh askep. Stok opname barang gudang dilakukan setiap 3 bulan
sekali.
Bagian
personalia bertugas terhadap hak dan kewajiban karyawan seperti absensi
karyawan, payrall, data karyawan, input BKM, karyawan berhenti dan masuk
pabrik, NPWP, JAMSOSTEK, dan lain – lain. Bagian pembukuan bertugas membuat CDV,
CRV, pembuatan laporan dan lain – lain. Beberapa bagian seperti pembukuan,
kasir/pembelian, kerani timbang, kerani maintenance, KTU berhak untuk
mendapatkan user SAP dengan fungsi yang berbeda – beda. Di PKS kayangan, bagian
kasir merangkap tugasnya sebagai pembelian sehingga bagian kasir tidak membuat
CRV dan CDV.