Rabu, 15 Desember 2010

laporan Bengkel panel box


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Pekerjaan bengkel salah satunya adalah kerja bangku. Rangkaian kegiatan kerja bangku ini diantaranya membuat pola, memotong, mengikir, melipat dan mengebor. Pekerjaan tersebut memerlukan penguasaan tentang pembelajaran secara praktis mengenai keterampilan mesin. Seorang ahli mesin tidak hanya mamapu menggunakan peralatan kerja tangan , tetapi harus terus-menerus praktik sampai mahir. Kerja bangku merupakan pekerjaan bengkel yang menggunakan peralatan kerja tangan (hand tools) dan merupakan bagian penting dalam pekerjaan di bengkel sehingga peralatan mesin dapat bekerja secara efisien dan ekonomis.
Peralatan kerja tangan harus di gunakan sesuai dengan prosedur yang bener disertai dengan perawatannya, sehingga hasil kerjanya baik dan umur dari peralatan lama. Alasan yang dapat dipertanggungjawabkan  mengapa kita harus memeliharanya adalah peralatan tersebut harus selalu dalam keadaan aman dan kondisi kerja yang baik. Salah satu ahli mesin yang baiak adalah baik menjaga kondisi peralatan yang di gunakannya.

1.2.            Tujuan
Tujuan dari melakukan praktikum ini adalah
1.      Mampu memebuat pola ( layout )dengan baik.
2.      Memiliki keterampilan memotong plat dengan beberapa macam alat potong.
3.      Memahai prinsip dan cara menggergaji dengan baik dan benar.
4.      Memahami prinsip mengikir dengan baik dan benar.
5.      Memiliki keterampilan mengebor.
6.      Memiliki keterampilan merivet plat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


1.1.            Pengertian Pengerjaan Plat
            Pengerjaan plat adalah pengerjaan membentuk dan menyambung logam lembaran (plat) sehingga sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sudah direncanakan. Pengerjaan plat dapat dilakukan dengan menggunakan keterampilan tangan, mesin, atau perpaduan dari keduanya, yang meliputi macam-macam pengerjaan, diantaranya adalah menggunting, melukis, melipat, melubangi, meregang, pengawatan, mengalur, menyambung, dan lain-lain.

1.2.            Alat – Alat Pendukung Pengerjaan Plat
Dalam kerja pelat kita memerlukan sejumlah peralatan pendukung untuk menyelesaikan benda kerja yang akan kita bentuk, peralatan tersebut diantaranya adalah:
a.       Penggores
Ada 3 jenis penggores yang sering digunakan yaitu penggores teknik, penggores saku, dan penggores mekanik

                  Penggores digunakan untuk menggambar bentangan pada permukaan pelat. Penggores yang baik untuk digunakan harus bersudut 250 sampai 300. Penggores (scriber) adalah alat untuk menggores benda kerja (logam) sebagai persiapan untuk dikerjakan atau sebagai gantinya pensil apabila hendak menggambar di atas kertas.
b.      Penitik
Penitik dapat digunakan untuk menitik bagian benda kerja yang akan di bor. Bentuk penitik yang sering digunakan adalah silinder yang dikartel dengan ujung tirus yang bersudut 250 sampai 300.
c.       Mistar baja
Mistar baja ini berfungsi untuk mengukur benda kerja yang berukuran pendek, selain itu juga dapat dipakai untuk membimbing penggoresan dalam melukis batangan pada pelat yang digunakan, ukuran panjang dari mistar baja ini bermacam-macam, ada yang berukuran 30 cm, 60 cm, dan 100 cm.
d.      Mistar siku
Alat ini digunakan untuk menyiku ketelitian dari benda kerja, ukuran panjangnya 30 cm terbuat dari bahan baja.
e.       Kikir
Kikir ini digunakan untuk menghilangkan bagian yang tajam. Pada umumnya pekerjaan yang sederhana akan lebih ekonomis. Kikir terbuat dari baja karon tinggi yang ditempa sesuai dengan panjangnya. Macam-macam kikir antara lain: Kikir Rata, bulat, segi empat, setengah lingkaran, segi tiga, bujur sangkar
f.       Alat Pemotong Manual
Mesin ini digunakan untuk memotong pelat dengan ketebalan maksimal 3 mm dan panjang maksimal 1,5 meter.
g.      Mesin Bending Manual dan Promecam
Mesin ini digunakan untuk melipat atau menekuk pelat kerja yang telah diselesaikan untuk pekerjaan awal. Mampu menekuk pelat dengan tebal maksimum 3 mm dan panjang maksimal 1,5 meter, sedangkan untuk mesin bending promecam untuk pembendingan pelat yang tidak dapat dibending dengan bending manual.


h.      Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk melubangi benda yang akan dikerjakan, dalam hal ini untuk menyambung pelat satu dengan yang lain menggunakan paku keling serta untuk jalan keluar panas pada benda yang dibuat
i.        Gergaji Tangan
merupakan alat pemotong dan pembuat alur yang sederhana, bagian sisinya terdapat gigi-gigi pemotong yang dikeraskan. Bahan daun gergaji pada umumnya terbuat dari baja perkakas (tool steel), baja kecepatan tinggi (HSS/high speed steel), dan baja tungsten (tungsten steel).


1.3.            Langkah Pengerjaan Plat
Dalam melakukan praktek kerja kita harus mengetahui urutan atau langkah-langkah kerja sebagai berikut, antara lain :
a.      Pembuatan Gambar kerja
Langkah awal kerja pelat adalah menggambar. Gambar benda kerja dapat digambar langsung pada pelat yang akan digunakan. Adapun peralatan yang digunakan untuk menggambar tersebut adalah:
1.      Penggores, digunakan untuk menggaris pelat atau menandai sehingga pada pelat terdapat goresan sket bukaan.
2.      Mistar siku, digunakan untuk melihat kesikuan dari garis, dan sudut pelat tersebut.
3.      Mistar baja, digunakan untuk mengukur, menarik garis, serta sebagai pedoman dalam penggoresan.
b.      Melakukan pemotongan pelat
Setelah selesai menggambar pada pelat, langkah selanjutnya adalah melakukan pemotongan menurut garis pada gambar tersebut. Pemotongan dapat dilakukan dengan mesin potong atau dengan menggunakan manual.
c.       Melakukan Penekukan
Setelah pelat yang kita potong dan kita hitung besar pembandingnya, maka langkah berikutnya adalah penekukan pembendingan. Bending dapat kita lakukan baik secara manual dengan mesin bending dan dengan menggunakan palu (dipukul). Penekukan yang diizinkan adalah bagian busur lengkung netral dari luas penekukan.
·        Sumbu penekukan adalah sumbu garis lurus dimana terjadi pembentukan radius sesuai dengan yang diinginkan.
·        Panjang dari sumbu adalah sama dengan lebar benda kerja pada luas penekukan.
·        Radius penekukan adalah radius dari busur dalam
·        Garis penekukan adalah garis imajiner yang dibentuk oleh tangent radius penekukan dengan permukaan bagian dalam.
·        Sudut penekukan adalah sudut yang dibentuk antara dua posisi ekstrim dari radius penekukan.
·        Luas penekukan adalah luas yang tercangkup oleh sudut penekukan.

d.      Assembling
Teknik penyambungan pada kerja pelat dapat dilakukan dalam berbagai cara yaitu:
a.      Menyambung dengan sekrup
b.      Menyambung dengan paku keling
c.      Menyambung dengan lipatan
d.     Menyambung dengan las titik
Penyambungan yang kita lakukan ini sekaligus untuk melakukan pembentukan benda yang akan kita buat. Untuk penyambungan dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan keadaan benda kerja tersebut. Untuk penyambungan dari bagian yang tidak akan dibuka lagi dapat menggunakan sambungan dengan lipatan, paku keling, dan las titik dan untuk bagian yang dibuat untuk dibuka dan ditutup dapat menggunakan sambungan sekrup.

e.       Finished Work (Pengamplasan)2 Peralatan yang digunakan
      Pada tahap ini dilakukan perapihan dan pengecheckan kembali hasil lipatan.Dan juga kembali dilakukan perapihan bagian-bagian dengan menggunakan kikir,gergaji,palu agar memperoleh hasil yang maksimal.Bila dilakukan sesuai dengan perhitungan dan prosedur yang ada maka bagian-bagian tadi akan menyatu membentuk suatu rangka kotak panel.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1        Alat dan Bahan Praktikum
A.          Alat praktikum
1.      Penggaris                                          7.   Penitik
2.      Siku-siku                                          8.   Kikir
3.   Penggores                                         9.  Pelipat plat
4.      Gergaji besi                                      10. Obeng plat
5.      Alat dan mesin bor                          
6.      pemotong plat

         B.   Bahan Praktikum
                Bahan yang di gunakan pad praktikum ini adalah plat yang akan di bentuk dengan ukuran 30 cm x 15 cm dan 25 cm x 22 cm.

3.2        Prosedur Praktikum
       Secara garis besar prosedur kerja membuat box panel adalah sebagai berikut:
1.      Membuat pola sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar.
2.      Memotong plat sesuai dengan pola yang telah di bentuk.
3.      Mengikir bagian-bagian yang tajam.
4.      Membuat lubang berbentuk kotak pada bagian yang telah ditentukan
5.      Melipat plat sesuai mdengan bentuk yang diinginkan.
6.      Merakit plat menjadi sebuah box panel.
7.      Merivet Panel box yang telah dirakit
Sisa Potongan plat dibuat potongan plat kecil 10 buah dengan ukuran (100 x 20) mm

       Adapun secara terperinci proses pembuatan box panel ini adalah :
A.    Memotong dengan mesin potong
1.      Menyiapkan benda kerja yang akan di pakai untuk membuat panel.
2.      Menandai tempat kerja yang akan di potong.
3.      Menjepit benda kerja dan tempat yang akan di potong pada mesin pemotong.
4.      Memastikan bahwa benda kerja benar-benar tepat untuk di potong.
5.      Mengunci benda pada mesin potong.
6.      Menginjak pedal mesin potong, sehingga benda kerja terpotong.
7.      Melakukan pemotongan lagi pada sisi yang lainnya dengan prosedur seperti sebelumnya.
B. Memotong dengan gergaji besi
1.      Menyiapkan benda kerja yang telah dipotong dengan mesin pemotong dan yang telah dipola sebelumnya serta yang akan di pakai untuk membuat panel.
2.      Menjepit benda kerja dan tempat yang akan di potong dengan menggunakan gergaji besi
3.      Memastikan pitchnya telah sesuai dan arah gergaji mengarah ke depan.
4.      Mengatur tegangan bilah secukupnya.
5.      Menggenggam dan mengayun rangka gergaji.
6.      Memposisikan bilah pada kerja ditempatkan pada bagian  luar garis tanda.
7.      Menggunakan tekanan pada saat mengayun ke depan dan melepaskan tekanan pada saat mengayun ke belakang ( maksimum 50 ayunan / menit ).
8.      Melakukan pemotongan lagi pada sisi yang lainnya dengan prosedur seperti sebelumnya.
D.  Melubangi
1.      Membuat pola kotak kecil pada plat yang telah dipotong, untuk ukuran disesuaikan dengan aturan
2.      Menitik pada bagian terdekat pola menggunakan penitik
3.      Mengebor bagian yang telah dititik menggunakan Mesin bor
4.      Memutuskan plat yang belum terputus dengan mesin bor
5.      Mengikir bagian yang masih tebal atau jauh dari ukuran

C.  Melipat plat dengan mesin lipat.
1.      Menyiapkan benda kerja yang akan di dilipat untuk membuat panel.
2.      Menandai tempat kerja yang akan di lipat.
3.      Menjepit benda kerja yang akan di lipat pada mesin lipat, sesuai dengan pola yang akan dilipat
4.      Memastikan bahwa benda kerja benar-benar tepat untuk di lipat.
5.      Mengunci benda pada mesin lipat
6.      Mengayunkan mesin lipat dengan arah sudut 90 derajat.
7.      Melakukan pelipatan kembali pada sisi yang lainnya dengan prosedur seperti sebelumnya.
D. Merivet
1.      Mengukur bagian yang akan diberi lubang
2.      Melubangi bagian yang akan dirivet menggunakan mesin bor
3.      Merivet dengan alat perivet (butuh tenaga yang kuat)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN






4.2              Pembahasan
            Selama 2 kali pertemuan dilakukan praktikum membuat panel box di gedung 4 FTIP.  Hal ini di karenakan peralatan dan mesin yang mendukung untuk membuat panel box terdapat di tempat tersebut. Praktikum dilakukan 2 kali pertemuan karena waktunya yang tidak memungkinkan untuk menyelesaikan sebuah panel box dalam 1 kali praktikum (1 x 3 jam). Dalam pembuatan box terdiri dari beberapa tahap, yaitu : membuat pola, memotong, melipat dan merivet.

a.       Membuat pola
            Pada tahap ini dilakukan penggambaran pola rangka pada plat. Penggambaran dilakukan menggunakan penggores agar nampak jelas pada plat yang dapat memudahkan kita pada saat pemotongan dan pelipatan. Untuk membentuk garis yang  menyiku dapat menggunakan penggaris siku. Dalam pembuatan pola harus seteliti mungkin dan jangan sampai terbentuk 2 garis hasil goresan tersebut. Hal itu akan menimbulkan penafsiran ganda

b.      Memotong Plat
            Pemotongan plat dilakukan dengan 2 tahap, yaitu pemotongan bagian yang besar dan pemotongan bagian yang kecil. Untuk pemotongan bagian yang besar digunakan alat pemotong yang besar. Sedangkan untuk bagian – bagian yang kecil digunakan pemotong gergaji besi. Dalam menggunakan gergaji besi harus sesuai dengan cara penggunaan karena di khawatirkan terjadi kepatahan pada besi serta menjaga keselamatan kerja. Praktikan saat melakukan pemotongan dengan menggunakan gergaji terjadi kesalahan, yakni memotong plat tepat di garis pola sehingga mengurangi ukuran kerangka. Hal inilah yang menjadi penyebab masalah dari hasil finishing panel box praktikan menjadi tidak pas.

c.       Pembuatan Lubang kotak kecil
            Lubang kotak ini dibuat dengan cara membuat pola terlebih dahulu kemudian menitiknya. Perhatikan saat penitikan jangan tepat digaris pola karena saat pengeboran akan melebihi batas pola. Lebih baik, saat penitikan berada didalamnya sehingga saat pengeboran tidak akan melebihi batas garis pola. Cara seperti ini terdapat kekurangannya, yaitu : membutuhkan energi lebih banyak untuk mengikir sisa pengeboran yang belum terlubangi. Saat pengeboran perhatikan keselamatan kerja. Baik menggunakan mesin ataupun alat pengebor plat, harus menggunakan kaca mata dan pelindung nadi, karena sering terdapat percikan api dan serbuk plat yang memancar keluar

d.      Melipat Plat
            Plat yang sudah dipotong bagian – bagiannya dan sudah dikikir halus sehingga tidak ada bagian yang tajam, di lipat dengan menggunakan alat lipat. Hal ini dilakukan agar pekerjaan menjadi lebih sederhana dan lebih mudah. Perhatikan saat pelipatan karena praktikan ternyata melakukan kesalahan saat pelipatan, seharusnya, bagian yang dilipat pertama kali adalah bagian yang luas permuakaannya lebih besar kemudian setelah itu bagian yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan bagian yang lebih kecil akan lebih mudah di palu dan tidak membuat rusak pojokan benda. Namun praktikan melakukan pelipatan yang salah sehingga terjadi kerusakan sedikit pada benda (dipojokan sobek) akibat dari pemaluan yang berlebih. Untuk melipat plat yang siku – siku dibutuhkan ketelitian mata karena alat tidak mengatur secara otomatis pelipatan 900

e.       Merivet
            Plat yang sudah di lipat baik bagian bawah maupun bagian atasnya, dihubungkan menjadi satu bagian panel box. Setelah itu, panel box tersebut masih perlu di rivet untuk menghubungkan dan mengencangkan panel box. Untuk merivetnya, lubang bulat kecil yang sudah dibor di masukkan paku rivet sehingga terbentuklah panel box. Perhatikan saat merivet, praktikan sedikit melakukan kesalahan kembali saat merivetm yaitu melakukan perivetan sambil berdiri dan penggunaan rivet yang salah sehingga paku rivet sedikit tertancap miring di panel box. Hal ini menjadi pekerjaan 2 kali karena harus di palu kembali untuk menempelkan rivetnya.
            Asisten dosen meminta agar sisa potongan plat di bentuk potongan plat kecil ukuran 10 x 2 cm sebanyak 10 buah. Saat mempola ukuran plat ini praktikan sedikit melakukan kesalahan yakni menggores banyak garisan pada pola sehingga saat pemotongan menggunakan alat potong sedikit sulit dan terjadilah ukuran potongan plat yang tidak sama. Panel box yang telah terbentuk ternyata tidak sempurna dan terdapat celah – celah sehingga saat potongan plat kecil dimasukkan kedalam box tersebut, dan panel box di geser - geser semuanya bisa keluar dari panel box kembali.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1.      Pembuatan panel box dibutuhkan waktu 2 kali pertemuan untuk membuat panel box
2.      Pembuatan pola menggunakan alat penggores. Dalam pembuatan pola harus seteliti mungkin dan jangan sampai terbentuk 2 goresan
3.      Praktikan melakukan beberapa kesalahan kecil yang mengakibatkan hasil akhir panel box yang terbentuk tidak sempurna dan terdapat celah – celah kecil (tidak tertutup rapat), kesalahan yang terjadi tersebut, yakni  saat pemotongan dengan gergaji dipotong tepat pada garisnya dan saat pelipatan praktikan melipat bagian yang lebih kecil permukaannya terlebih dahulu
4.      Saat penitikan dalam pembuatan lubang kotak, titik tersebut harus berada didalam pola sehingga saat pengeboran tidak akan melebihi batas garis pola. Cara seperti ini terdapat kekurangannya, yaitu : membutuhkan energi lebih banyak untuk mengikir sisa pengeboran yang belum terlubangi (belum terbentuk kotak halus)

                        Saran
Berdasarkan hasil pengalaman praktikum diharapkan untuk kedepannya praktikan lebih teliti dalam melakukan setiap langkah percobaan dan menggunakan alat dan mesin dengan maksimal dan sebaik – baiknya sehingga hasil yang diinginkan bisa tercapai. Selain itu, alat dan mesin di dalam perbengkelan sangat berbahaya bagi tubuh sehingga pakaian keselamatan kerja hendaknya digunakan selalu di dalam ruang laboratorium perbengkelan





LAPORAN PRAKTIKUM
PERBENGKELAN PERTANIAN

KERJA BANGKU
(Membuat Pola, Memotong, Mengikir, Melipat dan Mengebor Panel Box)

 Disusun Oleh :

Nama                  :  Ade Wulan
NPM                  :  240110080091

Praktikum ke                     : 3
Hari, Tgl Praktikum          :  Rabu, 10 Maret 2010
Waktu                               :  Pukul 13.00-16.00 WIB
Asisten                              :  - Dicky Maulana Gunawan
   - Asep Diauddin
                                             - Fidel Harmanda Prima
- Angga Fajar S
- Ginanjar P.A





JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010

DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo. 1979. Praktek Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebidayaan
Hendroprawoko.,1983.Perbengkelan Pertanian. Fakultas Teknik Pertanian Universitas Gajah Mada.
Sudaryanto.2001.Modul Praktikum Perbengkelan Pertanian. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian – Universitas Padjadjaran
Wagiyanto, Didik. 2009. Teori Dasar Kerja Bangku. [http://d12x.blog.uns. ac.id/2009/07/15/teori-dasar-kerja-bangku/]. Diakses pada tanggal 12 Maret 2010
Aninomous. 2004. Sheet metal. [http://translate.google.co.id/translate?hl=id &sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Sheet_metal&ei=X5WfS_6IApG0rAeYrPCfDg&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dsheet%2Bmetal%2Bworking%26hl%3Did] Diakses pada tanggal 12 Maret 2010
Januar, sutrisno yayan. 2008. Kerja Bangku. [http://januarsutrisnoyayan. wordpress.com/2008/11/29/kerja-bangku/]. Diakses pada tanggal 12 Maret 2010


Makalah irigasi draninase


MAKALAH
IRIGASI DAN DRAINASE






Oleh :
Ade Wulan 240110080091
M. Rinaldo 240110086001







 


JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010



BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Dalam pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian yang sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan berjalan. Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses pembuangan air.
Ilmu drainase sangat dibutuhkan untuk perbaikan drainase yang telah ada, karena seperti yang diketahui bahwa beberapa daerah di Indonesia mengalami kebanjiran salah satu diantara penyebabnya adalah drainase yang kurang baik. oleh karena itu, sebagai mahasiwa teknik pertanian harus mampu dan memahami jenis – jenis drainase sehingga mampu menerapkan drainase dengan tepat.

1.2              Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a.       Menjelaskan Jenis – Jenis Drainase
b.      Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis drainase permukaan
c.       Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis drainase bawah permukaan

BAB II
JENIS DRAINASE



Drainase merupakan proses pembuangan air berlebih dari permukaan dan bawah permukaan dan bawah permukaan.terdapat 2 jenis drainase, yaitu : drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase permukaan merupakan proses pembuangan air dari permukaan lahan (FAO) sedangkan drainase bawah permukaan merupakan pembuangan atau pengontrolan muka air tanah sampai optimal untuk meningkatkan produksi tanaman (FAO). Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal dari air hujan.  Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course dan air bawah permukaan, serta menerima dan membuang air dari l lapisan tembus air. (Suripin, 2004)

a.      Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui
·         Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random field drains)
·         Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
·         Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
      Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa

b.      Drainase acak (Random Field Drains)
            Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase

c.       Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
            Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa  digunakan. System  drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan  pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
   Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

      Drainase Mole
            Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Berdasarkan Penampungannya drainase dalam dibagi menjadi 2, yaitu
      Singular
            Terdiri dari jajaran pipa – pipa lateral yang ditanam dibawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air yang keluar dari seluruh pipa lateral ditampung pada saluran terbuka, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama
      Komposit
            Terdiri dari jajaran pipa – pipa lateral yang ditanam dibawah permukaan tanah dengan jarak tertentu, air dari seluruh pipa lateral ditampung pada pipa penampung yang juga ditanam ditanah, antara pipa lateral dengan pipa penampung dihubungkan dengan sambuangan, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama

Berdasarkan sistemnya, drainse dalam dibagia menajdi 4, yaitu :
Random system
            Sistem ini digunakan pada lahan yang berombak (Undulating) atau pada lahan dimana kondisi tanahnya terdiri dari beragam jenis tanah dan pada lahan yang terdapat area tergenang

Herringbone system
            Terdiri dari pipa saluran drainase lateral yang diletakan secara parallel dan terhubung dengan pipa utama dengan membuat sudut tertentu, biasanya dari kedua sisi. Pipa utama atau sub utama diletakkan pada bagian lahan yang rendah atau lahan yang pada kemiringan lahan yang besar (lembah)

Gridiron System
            Terdiri dari pipa – pipa saluran drainase lateral yang diletakkan secara parallel dan terhubung dengan pipa utama secara tegak lurus, biasanya dari satu sisi. System ini sesuai untuk lahan yang rendah yang datar dengan ukuran lahan yang sama

Interception system
            System intersepsi menampung rembesan yang mengalir kelahan yang terletak lebih rendah (bagian bawah). Pipa intersepsi biasanya diletakkan pada batas atas dan daerah yang basah yang ditentukan dari hasil pengamatan drainase awal.

BAB III
KESIMPULAN



Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
  1. Drainase dibagi menjadi 2, yaitu drainase permukaan dan bawah permukaan
  2. Drainase permukan terdiri dari land grading dan smoothing, drainase acak dan drainase parallel
  3. Drainase bawah permukaan terdiri dari drainase dangkal dan drainase dalam. Drainase dalam ini terdiri dari random system, herringbone system, gridiron system, dan interception system.



DAFTAR PUSTAKA



Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Teknotan Universitas Padjadjaran : Bandung
__________________Teknik Drainase Bagian Kedua. Teknotan Universitas Padjadjaran : Bandung